Epidemiologi sudah dikenal sejak jaman Hipocrates pada tahun 460-377 SM. Hipocrates dianggap sebagai ahli epidemiologi pertama, karena beliaulah yang pertama melihat suatu fenomena massal serta menulis tiga buah buku mengenai epidemic. Dalam teorinya diuraikna bahwa penyakit bervariasi atas dasar waktu dan tempat sehingga pada saat itu sebenarnya ia telah tahu adanya pengaruh factor alam yang ikut menentukan terjadinya penyakit. Frekuensi penyakit terdistribusi tidak merata atas dasar factor waktu, tempat, atribut orang dan atau factor lingkungan lainnya. Factor tersebut diatas yang ikut mempengaruhi terjadinya penyakit, tetapi bukan penyebab disebut sebagi factor determinan atau factor penentu.

John Snow, pada tahun 1857 mencatat adanya Hubungan antara Sanitasi lingkungan dengan Kesehatan Masyarakat. Pada saat itu terdapat kondisi lingkungan yang jelek, yaitu tercemarnya air minum sehingga menyebabkan terjadinya epidemic muntaber. Hasil penelitiannya melihat pada penderita mempunyai kebiasaan yang sama yaitu mengambil air minum dari sumber yang sama, sedangkan yang tidak menderita mengambil air pada sumber yang berbeda. Perbedaan sumber air minum yang digunakan oleh Masyarakat yang sakit dan yang tidak sakit membuat ia yakin bahwa penyebabnya terletak pada sumber air minum yang ada. Maka ia menyimpulkan bahwa airlah penyebab penyakit muntaber tersebut. Atas dasar itu pula ia menyarankan kepada Masyarakat agar jangan mengambil air dari sumber yang tercemar untuk menghentikan wabah. Dengan demikian tampak jelas tantangan epidemiologi lingkungan yang cukup berperan di dalam mengidentifikasi populasi yang sensitive dan untuk mengetahui Hubungan antara Kesehatan Masyarakat dengan pencemaran lingkungan.